Selasa
26 November 2024 | 9 : 50

Eksploitasi SARA Bertentangan dengan Pancasila

seminar pancasila

seminar pancasilaSURABAYA – Munculnya kampanye hitam dengan membawa unsur SARA dalam proses pilpres 2014 dianggap sebagai gejala degradasi pemahaman nilai-nilai Pancasila. Guru besar Universitas Airlangga (Unair) Tjuk K Sukiadi mengatakan, eksploitasi SARA bertentangan dengan Pancasila yang menjunjung tinggi pluralisme, toleransi, dan gotong royong.

Saat menjadi pembicara seminar nasional yang digelar Lembaga Pengkajian Pancasila dan Kearifan Lokal dalam rangka peringatan hari lahirnya Pancasila di aula Graha Widya, Universitas 17 Agustus Surabaya, Jumat (6/6/2014), Tjuk mengimbau masyarakat tidak memilih calon pemimpin yang menggunakan isu SARA dalam kampanyenya.

“Pemimpin yang menjauh dari Pancasila tentu bukan pemimpin yang kita harapkan, kita jangan memilih pemimpin yang memunculkan perpecahan dengan konflik dengan sentimen SARA. Tugas kita bagaimana menanamkan Pancasila pada anak-anak muda kita, Pancasila adalah kita. Tanpa Pancasila jangan mimpi NKRI akan terjaga,” tegasnya.

Sementara pengamat politik Dr.Yudi Latief yang juga menjadi pembicara, mengungkapkan, Bung Karno pernah mengatakan, untuk mencapai masyarakat adil dan makmur kita harus menjaga tiga hal. Yakni investasi material, investasi nilai, dan terakhir adalah investasi mental.

“Jadi pemimpin Indonesia ke depan harus memiliki terobosan revolusi mental. Modal pembangunan tak boleh lagi hanya modal nature, tapi harus modal culture. Tidak hanya menguras alam, tapi juga mempertimbangkan kearifan lokalnya. Itu amanah Pancasila,” urainya.

Sakti tidak saktinya Pancasila, lanjut Yudi, tergantung dari terwujudnya keadilan sosial itu.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Bambang DH yang menjadi keynot speaker dalam seminar bertajuk “Pancasila dan Masa Depan Indonesia” ini mengatakan bahwa keadilan sosial bisa tercapai bila Indonesia memiliki sumber daya manusia yang juga memadai. Sumberdaya manusia itu dibentuk dari pendidikan yang baik dan kesehatan yang baik.

“Maka pemimpin Indonesia masa depan harus memiliki pemahaman ideologi yang benar mengenai pentingnya peran negara menjamin kebutuhan dasar rakyat di bidang pendidikan dan kesehatan. Ini sudah diamanahkan oleh konstitusi, dasar negara Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Maka sifatnya wajib bagi negara, ” tegasnya. (sa)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Hari Guru Nasional, Bupati Fauzi Apresiasi Dua Pendidik Raih Prestasi Tingkat Nasional

SUMENEP – Pada peringatan Hari Guru Nasional 2024, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo memberi apresoasi atas ...
KABAR CABANG

Untuk Risma-Gus Hans dan Eri-Armuji, PDIP Surabaya Gelar Doa Bersama dan Santuni Anak Yatim Piatu

SURABAYA – Memasuki hari kedua masa tenang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ...
LEGISLATIF

DPRD Surabaya Bentuk Pansus Raperda Pengembangan Ekraf

SURABAYA – Sidang paripurna ketiga DPRD Surabaya pada Senin (25/11/2024) memutuskan pembentukan panitia khusus ...
EKSEKUTIF

Usai Cuti Kampanye, Eri Pastikan Pengerjaan Proyek Strategis di Kota Surabaya

SURABAYA – Setelah dua bulan cuti kampanye Pilkada 2024, Eri Cahyadi kembali ke Balai Kota Surabaya melanjutkan ...
LEGISLATIF

Jaga Kepercayaan Rakyat dan Pastikan Pilkada Berlangsung Demokratis, Pulung Harap APH Netral

SURABAYA – Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Pulung Agustanto menyoroti pentingnya netralitas ...
KABAR CABANG

Menangkan Pilgub Jatim, DPC Kota Probolinggo Perkuat Saksi

PROBOLINGGO – Memenangkan Risma-Gus Hans di Pilkada Jawa Timur menjadi sebuah harga mati bagi kader PDI Perjuangan ...