KOTA PROBOLINGGO– Bak seorang pendekar, Dwi Astuti, pelaku UMKM di Kota Probolinggo terus berkelit dan bertahan di tengah pandemi. Dia terus berupaya meningkatkan perekonomiannya di tengah lonjakan Covid-19. Saat ditemui di rumahnya, di Jalan Gubernur Suryo, Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran, Astuti menunjukkan berbagai produk olahannya: jamu, sambal, kopi, hingga berbagai sirup.
Tutik -sapaan akrab Dwi Astuti- merintis usahanya memproduksi berbagai produk UMKM, dimulai pada tahun 2015, setelah ia mengikuti pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) Kota Probolinggo.
“Dulu awalnya ikut pelatihan, dari situlah saya kembangkan menjadi produk. Nah, lama-lama di situ mulai banyak permintaan,” ucap Ibu 3 anak ini, Jumat (18/6/2021).
Produk yang paling banyak permintaan itu, ialah berbagai olahan jamu, seperti kunyit asam, jahe merah, kunci sirih, beras kencur, dan temulawak.

Harganyapun terbilang murah, yakni kisaran 12-17 ribu rupiah dengan kemasan botol 100 gram. Permintaan itu cukup tinggi ketika pandemi Covid-19.
“Awalnya kan hanya jahe instant, kemudian banyak yang cocok apalagi ketika musim pandemi. Sehingga, saya kembangkan dari berbagai olahan jamu lainnya sampai sekarang,” jelas Tutik.
Ia mengaku, awalnya memulai usaha, dirinya hanya merogoh kocek sebanyak 200 ribu rupiah. Dan kini omzetnya sudah sampai 1 juta rupiah tiap bulannya.
Selain jamu, ia juga mengolah berbagai sambal, seperti sambil ikan tongkol, ikan teri, ikan klotok, ikan layur, hingga ikan lempok tawar. Harganya pun cukup murah hanya 25 ribu rupiah dengan isi 150 gram.
Termasuk kopi racikan nya hingga sirup seperti pokak dan olahan buah lainnya. Begitu juga dengan berbagai keripik buatannya.
“Sejauh ini cukup stabil, hanya butuh fasilitas pemasaran. Saat ini, kita mengandalkan sosial media untuk promosi. Ya, alhamdulillah ada beberapa yang beli dari luar kota,” pungkas Tutik (drw/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS