DPD Jatim Gelar Parikesit Jumeneng Ratu dengan Dalang Ki Manteb

Loading

pdip jatim - pagelaran wayang kulit dpd jatimSURABAYA – Setelah Pandawa memenangkan perang Bharatayuda, tahta Kerajaan Astina dipegang Prabu Puntadewa/Prabu Kalimataya selama 15 tahun. Setelah era Puntadewa, kekuasaan Astina beralih kepada Parikesit, yang merupakan cucu Arjuna dan anak dari Abimanyu dengan Dewi Utari dari negeri Wirata.

Pengangkatan Parikesit menjadi Raja Astina tidak dilakukan secara instan. Namun melalui proses pendadaran atau proses kaderisasi dan regenerasi yang disiapkan secara matang. Sebuah suksesi yang terprogram, damai, elegan dan tanpa gejolak.

Ajaran Kautamaning Prabu diberikan dan diwariskan Pandawa kepada Parikesit hingga proses regenerasi dan suksesi tersebut berlangsung alami dan damai.

Itu sedikit ringkasan cerita wayang dengan lakon Parikesit Jumeneng Ratu. Cerita yang di dalamnya terdapat teladan kepemimpinan dan sebuah sistem suksesi yang merupakan kearifan lokal budaya bangsa Indonesia ini, akan dipentaskan dalang kondang Ki Manteb Sudharsono, dalam pagelaran wayang kulit di halaman DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Jalan Kendangsari Industri 57 Surabaya, Sabtu (27/9/2014) malam sampai selesai.

Menurut Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim, SW Nugroho, pagelaran wayang kulit yang terbuka untuk umum ini sebagai salah satu bentuk rasa syukur setelah pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden. “Dalangnya Ki Manteb Sudharsono, dan tiga bintang tamu, yakni Yati Pesek, Marwoto, dan Topan,” kata Nugroho, Jumat (26/9/2014).

Soal lakon Parikesit Jumeneng Ratu, dinilai tepat dengan masa transisi pemerintahan saat ini, yakni dari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ke presiden dan wapres terpilih, Joko Widodo – Jusuf Kalla. Sebab tersirat teladan kepemimpinan dan sebuah sistim suksesi yang lekat dengan kearifan lokal budaya bangsa Indonesia, yang sekarang telah banyak dilupakan dan terlupakan para pemimpin negeri ini.

Dalang Ki Manteb Sudharsono selama ini juga dikenal dengan sebutan “dalang setan” karena kemampuannya menggerakkan wayang (sabetan) dengan sangat cepat dan berputar-putar. Pertunjukan wayangnya semakin memukau karena ia memakai peralatan musik modern ke atas pentas dan mengusung isu-isu yang sedang berkembang di tengah masyarakat. (pri)