SURABAYA – Jelang coblosan Pemilu 2019, elektabilitas pasangan Capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)- Ma’ruf Amin makin meroket di Jawa Timur, jauh mengungguli rivalnya Prabowo-Sandiaga.
Meroketnya elektabilitas pasangan petahana itu terlihat, khususnya di Surabaya dan Sidoarjo, yang dikenal sebagai basis dua partai pendukung petahana, yakni PDI Perjuangan dan PKB.
Sesuai hasil riset SCG Research and Consulting terhadap 520 responden pada 17-24 Maret 2019, sebanyak 77,69 persennya memilih Jokowi-Ma’ruf.
Sementara Prabowo-Sandiaga hanya dipilih 20,19 persen. Sedangkan 2,12 persen responden sisanya belum menentukan pilihan.
“Jokowi-Ma’ruf unggul di semua kelompok demografis. Jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, segmen pekerjaan/profesi, dan tingkat ekonomi,” kata Direktur Eksekutif SCG Didik Prasetiyono, saat merilis hasil survei lembaganya, kemarin.
Didik menyebut, surveinya ini memiliki margin of error sekitar 2,45 persen pada tingkat kepercayaan 98 persen dengan simpangan baku 0,5. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf secara signifikan disumbang dari Kota Surabaya yang merupakan ‘kandang banteng’ yaitu 82,9 persen.
“Sementara Prabowo-Sandi, 14,84 persen. Pemilih yang belum menentukan pilihan di Kota Surabaya, sebanyak 2,26 persen,” ungkapnya.
Sedangkan di basis PKB, Kabupaten Sidoarjo, elektabilitas Jokowi-Ma’ruf unggul 70 persen dari Prabowo-Sandi yang hanya 28,1 persen, dengan undecided voters mencapai 1,9 persen.
“Jokowi-Ma’ruf unggul di semua kelompok demografis. Jenis kelamin, pendidikan, agama, segmen pekerjaan/profesi dan ekonomi.”
Khusus pada demografis agama, lanjutnya, ada dua massa ormas besar, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dengan 57,7 persen populasi penelitian.
Dari sub pertanyaan asosiasi identitas dua kelompok tersebut, kata Didik, ditemukan hasil yang bertolak belakang.
Dari responden yang mengasosiasikan diri sebagai pemilih kelompok Nahdliyin (sebutan warga NU) 86,33 persennya menyatakan dukungan untuk Jokowi-Ma’ruf.
“Dan 11 persen (warga NU) memilih Prabowo-Sandi. Sementara undecided voters-nya adalah 2,67 persen. Untuk kelompok Muhammadiyah (3,85 persen populasi penelitian), 100 persennya memilih Prabowo-Sandi,” paparnya.
Didik menyebut, tingginya elektabilitas Jokowi-Ma’ruf di Jawa Timur ini lebih dipengaruhi beberapa faktor. Seperti kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi-JK, 84,62 persen, kualitas pemerintahan patahana juga dianggap lebih baik dibanding sebelumnya, yaitu 86,92 persen.
Kemudian persepsi pemerintahan bersih alias tidak korup mencapai 73,27 persen, kemanfaatan pembangunan (88,65 persen), dan optimisme pertumbuhan perekonomian (73,65 persen).
“Sementara hoaks yang beredar dan berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi-Ma’ruf, yaitu Indonesia terlilit utang 25,58 persen, serbuan TKA ilegal 44,23 persen, Jokowi dalam pengaruh asing 22,12 persen, dan kemiskinan meningkat 38,46 persen,” sebutnya.
Didik meyakini, bahwa elektabilitas kedua Paslon tak akan banyak berubah hingga coblosan 12 April mendatang karena keduanya telah mencapai popularitas optimal. “Namun jumlah swing voters di wilayah Dapil I Surabaya-Sidoarjo, juga dapat menentukan hasil akhir coblosan. Hal inilah yang harus diperhatikan Timses kedua Paslon,” pungkasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS