TUBAN – Cawagub Jawa Timur, Puti Guntur Soekarno sangat tertarik dengan Batik Gedog khas Tuban di pusat kerajinan batik tulis tradisional milik Nani Hariningsih, di Desa Kedungrejo, Kerek, Tuban, Rabu (21/3/2018).
Saking kesengsemnya, dia sempat bingung memilih motif batik yang pas buatnya. Akhirnya, putri pasangan Guntur Soekarno Putra dan Henny Emilia Hendayani ini minta bantuan desainer kondang Edward Hutabarat untuk memilihkannya.
“Saya telepon Bang Edo (Edward Hutabarat). Beliau itu sahabat saya, dan saya diajari berbagai corak dan sejarah batik Indonesia. Dia memang ahlinya di bidang batik tenun dan tekstil,” ungkap Puti.
Atas petunjuk Edo, Puti lantas memilih satu selendang dan tiga kain bercorak Lok Can. “Karena motifnya terlihat kuno dan antik,” terang dia.
Batik motif Lok Can sendiri memiliki ciri khas dibatik di atas kain sutra berwarna biru, yang dikenal dengan bahasa Kanton dengan “Lok Can”. Sementara ornamennya, biasanya adalah makhluk supranatural khas Tiongkok. Seperti, burung Hong maupun naga (liong).
Niatnya selendang itu, bisa dia gunakan ketika menghadiri undangan-undangan di luar negeri. Seperti diketahui, Puti Guntur sering diundang keluar negeri seperti untuk mengisi kuliah tamu di Kokushikan University, Tokyo, Jepang.
Di samping itu, perbedaan batik gedog dengan batik lainnya terletak pada pemilihan bahan. Batik gedog menggunakan tenun sebagai bahan utamanya. Tenunnya sendiri terbuat dari kapas berasal ladang sekitar lokasi pembuatan batik.
Dalam kunjungan itu, Puti juga sempat melihat alat tenun tradisional. Alat ini berguna untuk memintal kapas-kapas. Karena mengeluarkan suara “dog, dog” sehingga batiknya dikenal sebagai batik gedog.
Puti menyebut potensi batik Gedog ini layak dikenal di tingkat nasional, bahkan internasional. Dia ingin peningkatan potensi ini bisa selaras dengan program Seribu Desa Wisata (Seribu Dewi) yang dia canangkan bersama Cagub Saifullah Yusuf.
Sebelum ke sentra kerajinan batik, Puti Guntur mampir ke Warung Jangkar di Dusun Sawahan, Desa Tegalagung, Kecamatan Semanding Tuban. Di warung yang jadi salah satu ikon Tuban ini, Puti mencicipi sajian khas Warung Jangkar, yakni belut dan lele goreng yang dipadu dengan sambal pedasnya.
“Belut dan lelenya enak dan gurih, dan memang pedas sekali. Ini makanan menggoyang lidah sekali, terlebih lelenya, karena ikan lele termasuk makanan favorit saya,” kata Puti.
Makanan yang melekat dengan cita rasa masyarakat Bumi Wali ini, disajikan dengan nasi jagung. Padu padan ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Puti, yang sempat mencoba memasak sendiri di dapur warung legendaris tersebut.
“Ini pengalaman baru bagi saya, makan nasi jagung. Saya sering ditawarin, namun baru kali ini saya mencobanya,” tambah mantan anggota Komisi X DPR RI ini.
Menurutnya, Warung Jangkar ini sebagai wujud ekonomi kreatif, karena sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini menjadi program skala nasional sesuai dengan program unggulan Presiden Joko Widodo.
Potensi pariwisata, fashion, dan kuliner, jelas Puti, sangat besar pengaruhnya untuk memajukan Jawa Timur. Dan ini menjadi komitmennya bersama Cagub Saifullah Yuruf untuk mensinergikan ke industri pengolahan dan lainnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS