JAKARTA – DPP PDI Perjuangan sudah mengambil keputusan soal calon gubernur yang diusung di pilkada DKI Jakarta. Tri Rismaharini akhirnya tetap diberi kesempatan oleh DPP PDIP melanjutkan tugas sebagai wali kota Surabaya.
Lantas, apa yang akan dilakukan Risma ke depan? Apa yang dia persiapkan untuk penerusnya?
Di sela-sela keberangkatannya menjadi pembicara di Pemkot Tangerang Selatan, Risma menyempatkan bercerita kepada Jawa Pos mengenai dinamika yang terjadi di sekitarnya belakangan ini.
Bagaimana perasaan Ibu setelah DPP PDIP mengeluarkan keputusan calon gubernur DKI Jakarta?
Tidak ada yang berubah, tidak ada pengaruhnya buat saya. Saya tidak pernah mencalonkan diri. Sejak awal saya juga bilang ingin menjalani takdirku sebagai wali kota. Partai juga tahu soal itu. Sumpahen wis nek gak percoyo.
Tapi, kan banyak yang menginginkan Ibu ke Jakarta?
Kalau ada orang atau kelompok yang bergerak sendiri seperti itu, mosok aku yo ngelarang? Saya selalu bilang pada mereka, saya serahkan semuanya kepada Allah.
Karena saya juga tidak pernah menyangka jadi wali kota seperti sekarang ini. Saya tahu diri, saya tidak punya apa-apa, duit yo gak duwe. Waktu turun ke masyarakat juga tidak pernah mengucapkan pilihlah saya.
Mereka melakukan seperti itu karena melihat Ibu mampu.
Yang saya punya itu cuma ilmu. Dan itu yang ingin saya bagi. Saya tidak punya pikiran aneh-aneh. Kalau diundang ke mana-mana menyampaikan apa yang sudah saya lakukan, itu ya hanya ingin menyebarkan ilmu. Mosok seh nek ngono iku salah?
Partai telah menetapkan Ibu tetap di Surabaya. Apa rencana strategis yang akan dijalankan untuk kota ini?
Pemkot sudah menyusun rencana strategis lima tahun ke depan. Saya ingin Surabaya ini maju, perekonomiannya terus bergerak. Kita harus punya sebuah diferensiasi agar bisa mendatangkan orang dari luar. Sebab, kita tidak punya wisata dan pemandangan alam yang bagus.
Seperti apa itu diferensiasinya?
Saya ciptakan sesuatu yang kota lain tidak punya. Yang bisa membuat orang, khususnya luar negeri, berhasrat datang ke Surabaya. Misalnya, saya ciptakan kampung nelayan. Bagi kita, mungkin itu biasa, tapi bagi orang luar itu luar biasa.
Dari situ, saya juga ciptakan apa yang bisa mendatangkan insentif bagi warga kampung nelayan. Misalnya, saya buatkan Jembatan Kenjeran.
Sekarang pemkot juga sedang membangun banyak parkir gedung. Tujuannya, pejalan kaki leluasa berjalan, menikmati suasana, dan tak terhalang parkir.
Sudah terlihat hasilnya?
Bisa dibuktikan dari kedatangan orang-orang ke Surabaya. Event-event besar juga memilih Surabaya sebagai tuan rumah. Prepcom Habitat, Colombo Plan, Handgun Championship, acara TNI-AL, dan Komite Internasional Palang Merah.
Ada juga sejumlah acara yang diselenggarakan di Jakarta, tapi pesertanya minta ada sesi yang digelar di Surabaya.
Hari ini saya menandatangani surat permintaan agar Surabaya menjadi tuan rumah acara (Risma menunjukkan surat yang baru saja ditandatanganinya, Red). Nanti KPK juga membawa sejumlah bupati, wali kota, dan gubernur ke Surabaya.
Kalau satu kepala daerah saja membawa tiga stafnya, sudah berapa yang datang ke sini. Itu membawa pengaruh terhadap perekonomian Surabaya. Restoran, hotel, pasar, pusat perbelanjaan akan bergerak semua.
Banyak orang risau dengan life after Risma. Apa yang Ibu siapkan agar pengganti Ibu nanti bisa meneruskan pembangunan Surabaya sesuai jalurnya seperti sekarang ini?
Saya sudah tinggalkan sistem. Asal nanti tetap dipakai, saya rasa tidak ada masalah. Sistem-sistem itu bahkan sudah diadopsi KPK. Mereka sebarkan untuk daerah lain.
Sistem apa yang terbaru?
Kami punya e-planning. Dengan sistem itu, proses perencanaan sejak awal bisa dikontrol dan dimonitor. SKPD (satuan kerja perangkat daerah) dalam membuat perencanaan juga sudah terukur.
Dan kita ini satu-satunya daerah yang diperiksa KPK sejak proses perencanaan anggarannya. Maka itu, saya pernah diundang BPK untuk menjadi narasumber.
Kita juga sedang menyiapkan sistem assessment center. Sejak saya memimpin, dalam perekrutan pegawai, saya tak hanya memperhatikan potensi akademik dan latar pendidikannya.
Tapi, saya tes juga psikologis dan mentalnya. Itu yang akan kita buatkan sistemnya dan sudah masuk renstra (rencana strategis) agar sustainable.
Banyak program besar pemkot yang tak berjalan optimal karena terhalang kebijakan di pusat, misalnya, angkutan masal cepat. Bagaimana Ibu menyikapi ini?
Saya ingin kota ini mandiri, tidak terlalu bergantung pusat, tapi memang itu tak mudah. Makanya, jalan keluarnya, saya harus terus melakukan penghematan di banyak bidang.
Soal penunjukan Ibu sebagai jurkamnas?
Iya, itu memang permintaan saya sendiri. Bukannya apa-apa, saya hanya ingin menyebarkan kebaikan. Yang saya sampaikan nanti tidak dalam tataran pilih saya.
Tapi, saya ingin ajak masyarakat terlibat dalam pembangunan daerahnya. Dan yang pasti menolak money politics. Sebab, itu ujung-ujungnya menyusahkan masyarakat juga.
Bagaimana Ibu nanti menjadi jurkamnas di Jakarta? Di sana kan banyak orang yang ingin Ibu jadi gubernur?
Ndak, saya nanti tidak ke sana. Saya harus menghormati warga Jakarta. Saya rasa DPP akan mengerti. Selain itu, mungkin saya juga tidak bisa ke semua daerah. Kerjoanku iki loh akeh, Rek. Saya harus memprioritaskan itu, apalagi sekarang waktunya nyusun anggaran.
Setelah tidak ditarik ke Jakarta, banyak orang menaruh harapan Ibu nanti bisa maju sebagai calon gubernur Jawa Timur?
Aku gak duwe niat koyok ngunu. Mikir ae gak. Wong gawean saiki ae angele koyo ngene. Aku slamet dunyo-akhirat selama dadi wali kota ae wis seneng. (fajar)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS