SURABAYA – Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur, Sri Untari Bisowarno, mengapresiasi upaya Sanggar Lidi Surabaya dalam membuka pemikiran tentang kekuatan yang dimiliki bangsa lewat Teatrikal Dharma Seni untuk Negeri V yang akan berlangsung di Gedung Cak Durasim pada 18-20 Oktober 2022.
Hal tersebut ia sampaikan saat memimpin audiensi antara Komisi E DPRD Jatim dan Sanggar Lidi Surabaya, Senin (10/10/2022).
“Sanggar Lidi mengungkap memori kita, bahwa kita sesungguhnya bangsa yang besar, karena teatrikal ini bercerita tentang seorang putri dari zaman Majapahit yang bernama Putri Gayatri,” ujarnya.
Diskusi yang berlangsung santai di ruang Bamus itu juga diwarnai dengan penampilan cuplikan dari teatrikal Dharma Seni untuk Negeri V oleh Sanggar Lidi.
“Komisi E mendukung penuh siapapun yang memiliki inovasi tentang seni budaya dan punya semangat mewariskan budaya kita jaman dahulu,” jelasnya.
Menurutnya, pementasan yang bercerita tentang Putri Gayatri tersebut penting untuk uri-uri sejarah agar generasi mendatang paham bahwa sejak dulu kita adalah bangsa yang cerdas. Bahkan di masa Majapahit telah ada aturan-aturan rinci yang mengatur tindakan masyarakat.
“Teman-teman teater ini mengingatkan kita semua atas kebesaran bangsa kita, sehingga tidak perlu malu pada bangsa asing. Dan di Majapahit sudah ada aturan yang mengatur masyarakat. Namanya Kutara Manawa Dharmasastra,” tutur politisi PDI Perjuangan itu.
Adapun pementasan Dharma Seni untuk Negeri V merupakan acara yang digelar untuk memperingati satu dekade berdirinya Sanggar Lidi Surabaya.
Pembina Sanggar Lidi Surabaya, Totenk MT Rismawan, mengungkapkan, lewat acara tersebut pihaknya menjadikan seni sebagai upaya dharma terhadap kebangsaan, menjadikan ini jalur alternatif, jalur ibadah kemanusiaan dan kebangsaan.
“Dalam dharma seni untuk negeri V akan mementaskan pertunjukan teater Gayatri yang coba mengawinkan, meleburkan sebuah khasanah kebudayaan, hukum, dan modernitas,” ucapnya.
Karena itu ia berharap, audiensi ini dapat menyatukan pemikiran antara wakil rakyat dengan para pegiat seni agar terwujud strategi kemajuan kebudayaan yang menyejahterakan semua pihak.
“Kami merasa strategi kemajuan kebudayaan yang tertuang dalam Undang-undang nomor 5 tahun 2017 terkait implementasi di lapangan belum seutuhnya,” ungkapnya.
“Semua harus punya kesadaran untuk saling mendekat. Jika kami tidak sanggup turun tangga maka mereka lah yang turun tangga bertemu di tengah, setidaknya ada pertemuan di tempat yang sama-sama bisa dijangkau,” pungkasnya. (nia/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS