SURABAYA – PDI Perjuangan menargetkan dapat memilih mayoritas pemilih muda pada Pilgub Jatim 2018. Di antaranya, dengan membuat kampanye kreatif bagi anak muda.
Menurut bakal Cawagub Jatim dari PDI Perjuangan, Abdullah Azwar Anas, pihaknya akan berupaya memberikan informasi mendidik dan jauh dari isu sensitif.
“Kampanye kedepan harus memberikan edukatif. Kampanye yang inovatif,” tegas Anas di Surabaya, beberapa waktu lalu.
“Karena kampanye ke depan, bukan bad news is good news, namun good news is good news. Oleh karena itu kami akan merancang kampanye yang menarik dan inspiratif,” ujar pria yang masih menjabat Bupati Banyuwangi ini.
Menurutnya, dalam membuat materi kampanye, pihaknya akan menghindari caci maki atau bahkan memfitnah calon lain.
Terkait jadwal keliling Jatim sebagai bentuk sosialisasi, pihaknya akan menyesuaikan dengan agenda pemerintahan di Banyuwangi.
“Kami akan berkeliling di Jumat sore sampai Minggu. Itu kan juga merupakan hari libur,” jelasnya.
Pun apabila ia sedang tidak berada di Banyuwangi, ia masih akan menyempatkan melakukan tatap muka dengan menggunakan aplikasi di ponsel pintar miliknya.
“Dengan mengunakan smartphone, saya masih bisa memimpin rapat meskipun tidak di Banyuwangi. Di era modern seperti saat ini, seperti sudah tak ada lagi jarak,” lanjutnya.
“Namun, kalau pun akhirnya regulasi mengharuskan untuk mengajukan cuti, maka saya juga akan mengikuti regulasi,” lanjutnya.
Ketua DPD PDIP Jatim, Kusnadi, menyebut bahwa pihaknya juga mewaspadai sentimen isu SARA dalam kampanye mendatang.
“Meskipun saya tahu, bahwa masyarakat di Jatim sudah sangat dewasa dalam berpolitik. Isu-isu seperti itu, saya rasa akan mental di Jatim,” tegasnya.
Menurutnya, meskipun partainya bernafaskan nasionalis, bukan berarti pihaknya lepas dari unsur religius.
“Intinya, bahwa kita sama. 89 persen penduduk Jatim adalah muslim yang juga tersebar di seluruh partai, baik yang nasionalis maupun religius,” ujar Wakil Ketua DPRD Jatim ini.
“Kita tak perlu melebih-lebihkan bahwa kita lebih beragama dari situ. Namun, sebaliknya, bahwa kita semua sama,” lanjutnya.
“Sejak 2006 saya pun sudah haji dan beberapa kali melakukan umroh. Namun, saya tak perlu sebut “huruf H” di depan nama saya, karena kalau soal ibadah, itu adalah tanggung jawab saya kepada yang maha kuasa,” pungkasnya. (Surya)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS