SURABAYA – Pemerintah Kota Surabaya siap mendaftarkan Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival (SCCIFAF) masuk dalam agenda tahunan Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, upaya mendaftarkan SCCIFAF didasari keinginan mengembangkan event tersebut agar lebih luas seperti halnya Festival Rujak Uleg.
“Yang sudah kami daftarkan ada Festival Rujak dan Parade Bunga. Insya Allah menyusul Cross Culture ini,” kata Eri dalam keterangannya di Surabaya, Jumat (21/7/2023).
Eri mengakui, bahwa delegasi yang ikut dalam Surabaya Cross Culture pada tahun 2023 ini tidak sebanyak sebelumnya. Hal ini dikarenakan SCCIFAF sempat terhenti tiga tahun karena adanya pandemi Covid-19.
“Kalau kemarin (sebelum pandemi) yang ikut banyak, tapi setelah pandemi belum banyak delegasi yang datang di Surabaya,” jelasnya.
Melalui event SCCIFAF ini, Eri menyatakan ingin menunjukkan budaya Surabaya kepada para delegasi yang berasal dari berbagai daerah dan mancanegara. Menurutnya, Surabaya memiliki banyak budaya tarian dengan berbagai ragam.

“Setelah itu, saya ingin menunjukkan bahwa Surabaya ini punya talenta yang mulai dari anak kecil hingga dewasa. Dan yang terpenting adalah ketika tampil bersama dengan seluruh delegasi dari luar negeri, maka Surabaya juga punya kemampuan untuk itu,” terang dia.
Bahkan, Eri mengungkap, jika Surabaya juga mendapatkan permintaan untuk mengirimkan delegasinya agar tampil di Negara Uzbekistan dan India.
Hal tersebut menunjukkan jika budaya seni asal Kota Surabaya ini juga diakui negara-negara lain.
“Jadi mereka betul-betul merasa budaya Surabaya ini juga bisa tampil di luar sana. Bahkan dari Kochi Jepang, itu juga minta Surabaya tampil di sana,” ujar wali kota yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut.
Saat ditanya tarian seperti apa yang akan ditampilkan ke luar negeri, Eri menyebut, jika tarian itu seperti Tari Remo, Gito Maron dan sebagainya. Namun, kata dia, tarian yang akan ditampilkan ke luar negeri tentu ada modifikasinya.
“Tapi ada bangganya ketika semua budaya seni yang ditampilkan menarik dari pihak luar negeri untuk diajak berkolaborasi di sana. Berarti mengakui, tarian kita, budaya kita juga alhamdulillah nyaman, enak dilihat dan filosofi-filosofinya ada,” ucapnya. (dhani/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS