BLITAR – Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Blitar, Syahrul Alim bakal terus mendukung kelestarian budaya tradisi Baritan pada malam satu Suro. Dia menilai tradisi Baritan sangat penting sebagai identitas budaya bangsa.
Dalam tradisi Baritan itu biasanya masyarakat menggelarnya di depan pelataran kampung dengan takir (piring dari daun pisang) yang diisi dengan makanan sehari-hari.
Syahrul mengatakan Baritan adalah tradisi masyarakat Jawa dalam menyambut pergantian Tahun Baru Islam 1445 Hijriah.
Tradisi Baritan juga biasa disebut sebagai ritual tolak balak dalam tradisi adat di tanah Jawa di bulan Suro.
Dalam ritual ini warga memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan tujuan memohon ampunan dan perlindungan dari segala bentuk kejahatan dunia dan marabahaya.
“Tradisi Baritan di Bumi Bung Karno keberadaannya masih tetap terjaga dan lestari hingga kini. Pasalnya tradisi Baritan bagi masyarakat Jawa adalah ajang silaturahmi sekaligus juga untuk memanjatkan doa bersama kepada Allah SWT,” kata Syahrul di Kota Blitar, Rabu (19/7/2023).
“Yang menjadi khas dari tradisi Baritan ini adalah takir atau wadah makanan yang terbuat dari daun pisang dengan isian makanan sehari-hari. Takir tersebut dibawa oleh setiap warga yang kemudian diberi doa, lantas dibagikan ke semua orang yang hadir,” imbuh dia.
Menurutnya tradisi Baritan malam satu Suro merupakan tradisi warisan leluhur bangsa Indonesia yang tidak boleh hilang atau pun luntur dan harus ditularkan turun temurun kepada anak cucu.
Pasalnya, melalui tradisi baritan inilah setiap orang dapat memupuk kerukunan dan menjiwai nilai-nilai sosial di lingkungan masyarakatnya.
“Saya berharap budaya ini jangan sampai hilang atau tergerus oleh zaman. Karena ini adalah jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Kalau kita tidak merawatnya bukan mustahil, budaya yang kita miliki ini akan diklaim oleh bangsa lain,” ungkapnya.( arif/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS