SURABAYA – Cawali Tri Rismaharini berharap Relawan SayaSurabaya menjadi sebuah gerakan yang mampu mengubah Kota Pahlawan jauh lebih baik ketimbang sebelumnya. Tidak sekadar sebagai sebuah gerakan untuk mencintai Kota Surabaya.
“Saya berharap gerakan ini juga bisa mengubah Kota Surabaya menjadi lebih baik lagi,” kata Risma, di acara Launcing Relawan SayaSurabaya yang digelar di Jalan Karah Indah II blok L, Surabaya, Sabtu (17/10/2015).
Gerakan Relawan SayaSurabaya, jelas Risma, sangat diperlukan saat ini, terlebih menjelang kompetisi global, seperti MEA. Di bidang ekonomi, lanjutnya, gerakan ini juga dibutuhkan agar masyarakat Surabaya menjadi tuan dan nyonya di negeri dan kotanya sendiri.
Surabaya, sebut Risma, saat ini sebagai kota terbesar kedua di Indonesia yang menjadi barometer perekonomian kerakyatan. Lewat usaha kecil menengah (UKM) yang saat ini berkembang pesat di Surabaya, Risma merasa perlu adanya pemikiran “from lokal to global” untuk dapat bertahan dari kompetisi global, terutama di bidang ekonomi.
“Karena yang saya takutkan adalah kedepan penjajahan yang dilakukan bukan lagi penjajahan secara fisik seperti yang dilakukan sebelum kita merdeka. Melainkan penjajahan yang dilakukan adalah secara ekonomi. Karena itu, masyarakat Surabaya harus mampu mandiri dan bertahan terhadap serangan ekonomi global,” ajak calon wali kota yang diusung PDI Perjuangan di Pilkada 2015 tersebut.
Oleh karena itulah, tambah dia, masyarakat Surabaya perlu berkembang dan maju sumber daya manusia-nya, dalam arti berkembang secara soft skill. “Selain itu, kita harus mulai mendorong jiwa nasionalisme. Salah satunya adalah mencintai dan mengonsumsi produk-produk lokal,” papar wali kota perempuan pertama di Surabaya itu.
Untuk menjadi bangsa yang mandiri, terang Risma, masyarakat harus dapat mencukupi kebutuhan pokoknya. Seperti sandang dan pangan. “Saat ini, Surabaya telah memiliki para pelaku UKM yang dapat memproduksi sandang, yang berarti pakaian, dan pangan berarti makanan,” urai dia.
Pada Desember 2014, imbuh Risma, data BPS mencatat, nilai ekspor Indonesia mencapai 14,62 miliar dolar AS, atau mengalami peningkatan sebesar 7,38 persen dibanding ekspor November 2014. Namun yang menarik, angka cadangan devisa yang dimiliki Indonesia hanya itu-itu saja.
“Ternyata, hal ini disebabkan banyak pengusaha Indonesia yang menginvestasikan uangnya ke luar negeri,” ulas cawali yang berpasangan dengan cawawali Whisnu Sakti Buana di pilkada yang digelar 9 Desember depan itu. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS