JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah merasa prihatin atas banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan.
Setelah seorang santri Gontor meninggal akibat dianiaya rekan-rekannya akhir Agustus lalu, kini seorang siswa SMAN 9 Kupang dipecat oleh dewan guru akibat menendang dan menganiaya guru perempuan hingga hidungnya berdarah.
“Harus ada terobosan baru untuk mengeleminasi kekerasan demi kekerasan di dunia pendidikan nasional kita. Tidak ada pembenaran apapun untuk semua kekerasan di dunia pendidikan,” kata Ahmad Basarah, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (23/9/2022).
Dia menegaskan, kekerasan demi kekerasan di dunia pendidikan harus mendapat perhatian khusus sesuai amanat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Di dalam Pasal 39 undang-undang itu secara tegas menyatakan, pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan wajib memberikan perlindungan terhadap guru dalam pelaksanaan tugas.
“Tidak ada pembenaran apapun untuk semua kekerasan di dunia pendidikan. Masa guru sampai dianiaya muridnya sendiri? Fenomena ini menggambarkan masih ada sistem pendidikan yang masih kurang sesuai dalam dunia pendidikan kita,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Basarah meminta pihak terkait menjalin koordinasi yang efektif dengan Mabes Polri untuk memperketat peredaran barang terlarang di lingkungan sekolah.
“Pihak sekolah harus aktif menjalin komunikasi dengan Polri dan BNN begitu mencium gelagat sekolah mereka dirasuki peredaran minuman keras, apalagi disusupi jaringan narkoba. Jangan takut melapor demi menjaga kualitas dan masa depan anak bangsa,” tandas Basarah.
Ketua DPP PDI Perjuangan tersebut juga minta agar pendidikan budi pekerti di kalangan pelajar harus diperkuat dengan metode ajar yang menarik dan bahan bacaan yang representatif.
Terlebih, sistem pendidikan nasional yang bertumpu pada UU No. 20 Tahun 2003 sudah sangat baik, sebab Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 menjadi dasar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
“Di Indonesia kisah-kisah bijak yang memperkaya budi pekerti sangat banyak. Agar lebih bervariasi, kisah-kisah teladan lainnya bisa juga diambil dari negara lain. Jika kita sisipkan nilai-nilai Pancasila di dalamnya, itu akan lebih bagus sebab metode itu lebih sesuai dengan selera generasi milenial saat ini,” pungkas dosen pascasarjana Universitas Islam Malang tersebut. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS