SURABAYA – Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur Go Tjong Ping mengimbau masyarakat untuk ikut berkontribusi menstabilkan harga bahan pokok di pasaran.
Seperti diketahui, data Siskaperbapo per 11 Agustus menunjukan harga cabai keriting turun sekira Rp2.800 menjadi Rp61.185 per kilogram. Lalu cabai merah biasa turun Rp3.800 menjadi Rp59.795 per kilogram, cabai rawit turun Rp5.500 menjadi Rp49.565, dan beras berada di kisaran Rp9.500-11.500 per kilogram.
“Kalau harga jatuh, saya harap masyarakat itu ikut andil. Contoh, kalau telur tiap KK masyarakat beli 1 kg, maka harga tidak akan turun. Jadi ikut berkontribusi agar harga stabil,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, penurunan harga beberapa komoditas pangan di Jatim ini, memang menjadi kabar baik bagi masyarakat, namun juga perlu diperhatikan agar sebanding dengan penghasilan yang diterima petani.
“Petani ini banyak yang mengeluh pupuknya gak teratur. Harganya pun kalau beli subsidi itu tidak kuat, karena Rp300 ribu per sak itu berat untuk mereka,” jelasnya.
Tercatat, data terbaru Nilai Tukar Petani (NTP) per Juli 2022 menunjukan terjadi penurunan tertinggi di subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,36 persen dari 97,44 menjadi 97,09.
Hal tersebut, jelas Tjong Ping, merugikan petani karena secara tidak langsung hasil yang mereka terima lebih sedikit dibanding sebelumnya. Terlebih, cuaca sepanjang Juli cenderung hujan sehingga berpengaruh ke masa panen.
“Itu bisa turun karena curah hujan terlalu tinggi sehingga tanah ini tidak bisa bagus. Kalau hujan terus itu ibarat tanam padi, ketela pohon itu buahnya tidak bagus,” ungkapnya.
Karena itu, ia mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penyuluhan mendalam terkait masalah yang melanda petani dan mempermudah pembelian pupuknya.
“Masalah pupuk jangan sampai telat, lalu masalah pertanian ini perlu penyuluhan yang mendalam terutama padi, kalau jagung sudah berlimpah, maka pemerintah harus turun tangan dengan penurunan ini,” tuturnya.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur itu juga meminta masyarakat, untuk tidak memanfaatkan keadaan dengan menimbun bahan pokok saat harga murah, agar tidak terjadi lagi lonjakan harga yang menyengsarakan semua pihak.
“Jadi, kalau harga stabil, maka rakyat juga ikut menyanggah ekonomi kerakyatan. Kalau harganya melonjak, gausah dibeli karena rakyat malah menjerit,” pungkasnya. (nia/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS