SURABAYA – Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Agatha Retnosari menyerap aspirasi dari seratusan fasilitator lingkungan dan pegiat bank sampah se-Surabaya, di Gedung Widya Kartika Convention Center Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Senin (11/1/2021) petang.
Dari pertemuan masa reses tersebut, Agatha akan mendorong pemerintah kota untuk melakukan revolusi pengelolaan sampah yang terpadu dan terintegrasi.
Dorongan Agatha untuk menyerap aspirasi dari pegiat lingkungan muncul karena kepeduliannya terhadap lingkungan dan rasa ingin tahunya terhadap perkembangan para pegiat lingkungan dan bank sampah di masa pandemi.
“Ini pertama kali saya melakukan reses mengumpulkan fasilitator lingkungan atau pun penggiat bank sampah yang ada di Kota Surabaya. Padahal Kota Surabaya ini sering sekali mendapatkan penghargaan terkait kota yang bersih dan asri,” katanya.
Agatha Retnosari menilai, tingkat kesadaran masyarakat Kota Surabaya terhadap kebersihan sudah sangat bagus. Ia juga mengapresiasi TPA Surabaya yang sudah bagus sekali dan sudah sanitary landfill.
“Selama ini Bank sampah di Surabaya sendiri murni berasal dari partisipasi warga. Apalagi kan sejarahnya sudah diberi tahu, bahwa yang muncul kan dari warga dulu baru ada bank sampah pusat,” bebernya.
Melalui aspirasi yang didapat, politisi lulusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini akan mendorong pemerintah Kota Surabaya untuk mencanangkan sebuah sistem.
“Saya akan mendorong Pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan perombakan atau revolusi terkait peraturan sistem pengelolaan sampah Kota Surabaya yang terpadu dan terintegrasi,” tegas Agatha.
Tujuannya untuk memastikan agar pengolahan sampah bisa lebih efektif. Agatha juga menekankan mengenai pemilahan sampah. Selain itu, terkait dengan penjadwalan pengambilan sampah sesuai dengan kategorinya dinilai Agatha tepat untuk perkembangan sistem pengelolaan sampah.
“Kita sudah susah-susah milah nih misalnya. Eh, diangkut dicampur lagi. Tadi sudah ada masukan bahwa memang ada penjadwalan. Jadi tidak tiap hari ngangkut sampah, kapan sampah organik diangkut kapan sampah plastik diangkut,” katanya.
Dari kegiatan ini Agatha akan menginisiasi koordinasi untuk bersama-sama menciptakan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik. Kedepannya akan dilakukan lagi focus grup discussion (FGD) dengan pihak terkait seperti pemerintah, partai dan pemangku kebijakan Kota Surabaya untuk bersama-sama mendorong tidak hanya sekadar peraturan daerah, tapi juga sampai ke peraturan wali kota-nya.
Menurut Agatha sudah banyak penelitian-penelitian modeling pengelolaan sampah yang ideal berdasarkan dari data-data kecamatan di Kota Surabaya yang bisa diadopsi pemerintah kota. Sebagai kader partai dia akan mendorong kader-kader yang ada di eksekutif maupun legislatif untuk berkolaborasi dengan rakyat untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang jauh lebih baik.
“Sehingga ke depan kalau kita sudah punya awareness terkait pengelolaan sampah, yang diuntungkan adalah generasi masa depan. Kembali lagi kepada amanat undang-undang dasar bahwa hak asasi manusia termasuk lingkungan hidup yang baik. Ini isu HAM,” terangnya.
Salah seorang peserta, Erna Utami dari Bank Sampah Sektoral Anggrek Babatan, RW 5, Kelurahan Babatan, Kecamatan Wiyung, mengaku kaget karena diundang pada acara seperti ini. Apalagi, aspirasinya didengar Agatha.
“Saya pertamanya bertanya-tanya, untuk apa dan tujuannya apa. Karena kami gak pernah dikumpulkan seperti ini oleh wakil rakyat. Ini mumpung temen-temen mau didengar suaranya jadi pada semangat kumpul. Yang kedua, mungkin karena sudah lama juga gak kumpul sampai bisa mengumpulkan segini banyak,” ungkap Erna disusul dengan tawa peserta lain.
Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some mengungkapkan, baru kali ini ada anggota dewan yang mau mendengarkan aspirasi penggiat lingkungan di Surabaya, apalagi itu dari provinsi.
Menurutnya selama ini gerak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi sangat terbatas sekali. Wawan berharap aspirasi para pegiat lingkungan bisa tersalurkan ke provinsi.
“Kami berharap apa yang dilakukan Bu Agatha ini bisa tersalurkan ke Provinsi. Karena apa yang dilakukan teman-teman ini kan tidak hanya mengangkat nama Surabaya, tapi juga mereka ada yang berkiprah skala nasional dan mengangkat nama Jawa Timur. Jadi seharusnya ada kontribusi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur,” ungkap Wawan. (san/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS