Selasa
26 November 2024 | 1 : 00

Musik Tongling dan Para Ksatria Perambah Belantara Gunung Lawu

pdip-jatim-magetan-diana-sasa-290421.b

MAGETAN – Tongling, akronim dari alat musik kentongan dan seruling.  Dalam hikayatnya, tongling dimainkan para ksatria untuk me-ninabobo-kan makhluk halus yang mengganggu mereka saat membabat hutan belantara untuk pemukiman yang kini dikenal dengan nama: Dusun Wonomulyo.

Dusun ini bagian dari Desa Genilangit Kecamatan Poncol. Berada di kaki Gunung Lawu, Wonomulyo kerap berselimut kabut.

Tongling, kedua alat musik ini terbuat dari bambu. Di daerah ini bambu memang tumbuh subur dan beranak pinak dalam rumpun. Sehingga untuk mendapatkan bahan tongling bisa didapat dengan mudah.

Kesenian musik Tongling di tempat ini, saat sekarang dibina oleh Diana Amaliya Verawatiningsih atau akrab disapa Diana Sasa, anggota DPRD Jatim dari Fraksi PDI Perjuangan. Hal itu seperti diakui oleh salah seorang pengurus kelompok musik Tongling Pringgowulung, Winarto.

Sebagai sebuah seni musik, tidak diketahui secara pasti sejak kapan kesenian musik tongling dimainkan. Hanya saja, menurut Winarto, pada 21 Januari 1992 ada 4 warga yang mendirikan kelompok musik. Mereka: Jono (almarhum), Sastro Sarengat, Supono dan Darsono. Kelompok musik itu yang kemudian menggunakan peralatan tongling sekaligus menjadikannya nama kelompok, yakni Tongling Pringgowulung.

Lanjut Winarto, ketika itu, salah seorang pendiri kelompok yakni Jono almarhum, terinspirasi dari sejarah babat Dusun Wonomulyo. Dimana tongling digunakan saat proses babat dusun.

Babat dusun dimulai saat ksatria dari Keraton Mataram Ki Hajar Wonokoso (leluhur dusun) bersama 7 pengikutnya datang ke hutan belantara di kaki gunung Lawu. Mereka bermaksud membabat hutan untuk pemukiman. Tetapi babat hutan bukan hal yang mudah.

“Sebelum menjadi pemukiman, Dusun Wonomulyo adalah hutan belantara. Hutan rimba yang dihuni banyak jin dan lelembut (makhluk halus),” ungkap Winarto Rabu (28/04/2021).

Namun, Ki Hajar Wonokoso tak gentar menghadapi semua halangan. Dikisahkan jika ia memiliki senjata berupa seruling sakti. Begitu seruling dimainkan sembari ngidung (berdendang), para mahkluk halus tersebut merasa nyaman dan tenang seperti di-ninabobo-kan.

Sementara kentongan, ditabuh Ki Hajar Wonokoso untuk mengumpulkan para pengikutnya dalam proses babat Dusun Wonomulyo tersebut.

Atas dasar cerita itu, Jono almarhum dan seniman lokal mengabadikan sejarah babat Dusun Wonomulyo dengan mengekspresikannya dalam bentuk kesenian musik tongling. Kini, musik tongling kerap ditampikan pada even di tingkat lokal bahkan nasional. (rud/hs)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Hari Guru Nasional, Bupati Fauzi Apresiasi Dua Pendidik Raih Prestasi Tingkat Nasional

SUMENEP – Pada peringatan Hari Guru Nasional 2024, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo memberi apresoasi atas ...
KABAR CABANG

Untuk Risma-Gus Hans dan Eri-Armuji, PDIP Surabaya Gelar Doa Bersama dan Santuni Anak Yatim Piatu

SURABAYA – Memasuki hari kedua masa tenang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ...
LEGISLATIF

DPRD Surabaya Bentuk Pansus Raperda Pengembangan Ekraf

SURABAYA – Sidang paripurna ketiga DPRD Surabaya pada Senin (25/11/2024) memutuskan pembentukan panitia khusus ...
EKSEKUTIF

Usai Cuti Kampanye, Eri Pastikan Pengerjaan Proyek Strategis di Kota Surabaya

SURABAYA – Setelah dua bulan cuti kampanye Pilkada 2024, Eri Cahyadi kembali ke Balai Kota Surabaya melanjutkan ...
LEGISLATIF

Jaga Kepercayaan Rakyat dan Pastikan Pilkada Berlangsung Demokratis, Pulung Harap APH Netral

SURABAYA – Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Pulung Agustanto menyoroti pentingnya netralitas ...
KABAR CABANG

Menangkan Pilgub Jatim, DPC Kota Probolinggo Perkuat Saksi

PROBOLINGGO – Memenangkan Risma-Gus Hans di Pilkada Jawa Timur menjadi sebuah harga mati bagi kader PDI Perjuangan ...