BANYUWANGI – “Bukan masalah aku perempuan atau kamu laki – laki. Di Hadapan Tuhan, kita sama.” Penggalan puisi yang ditulis RA. Kartini dalam bukunya “Habis Gelap Terbitlah Terang” menginspirasi Lucky Martini untuk berjuang mempopulerkan produk dan olahan kopi Banyuwangi.
Perempuan kelahiran 33 tahun silam itu, mungkin belum begitu dikenal oleh masyarakat Banyuwangi. Tapi, tekadnya untuk mengenalkan kopi Banyuwangi layak mendapatkan tempat dalam perbincangan di warung-warung kopi.
Meski kopi identik dengan laki laki, Lucky sudah kadung jatuh cinta pada kopi. Kopi telah menjadi teman baik kesehariannya. Kecintaan Lucky pada kopi tak hanya sebatas penikmat. Akan tetapi Lucky juga berkeinginan untuk memproduksi kopinya sendiri. Pada tahun 2016, Lucky merintis usaha produk kopinya dengan nama “Kopi Luckyline”.
“Awalnya hanya hobby dan kegemaran saja. Tapi lambat-laun, rasa cinta saya pada kopi merasuk ke tulang sumsum. Lalu, muncul keinginan untuk memproduksi kopi sendiri. Ya, tahun 2016 itu mulailah saya mencoba buat produk kopi sendiri. Lahirlah “Kopi Luckyline,” ungkap Lucky, Kamis (22/4/2021).
Tak hanya memproduksi kopi, perempuan asli Banyuwangi itu juga membuat olahan kerajinan dari kopi: gelang kopi. Biji-biji kopi dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi gelang. Menurut Lucky, gelang kopi memiliki keunikan tersendiri. Selain teksturnya yang unik, kopi juga dapat mengikat bau.
“Ada satu lagi produk yang saya kembangkan yaitu gelang kopi. Jadi, tekstur kopi yang unik itu cocok untuk dijadikan cendera mata. Selain itu, kopi juga dapat mengikat bau” jelas Lucky tentang khasiat gelang kopinya.
Memiliki produk dan olahan kopi sendiri nampaknya belum membuat Lucky puas. Sebagai putri Banyuwangi, dirinya berkeinginan untuk memajukan industri kopi di Banyuwangi serta mengangkat UMKM lokal Banyuwangi.
Keinginan tersebut perlahan mulai diwujudkan. Aktif di De Giri Banyuwangi, (rumah aspirasi Anggota DPR RI Sonny T Danaparamita), bersama teman-temannya, Lucky mencoba bekerja sama dengan para pengusaha UMKM Banyuwangi, untuk mengadakan beberapa event dan pelatihan guna mengembangkan produk lokal Banyuwangi.
“Saya dan teman-teman lain di De Giri melihat banyak potensi produk lokal yang ada di Banyuwangi. Namun, kami juga menyadari, masih banyak persoalan yang menghambat produk UMKM ini untuk berkembang. Untuk itulah kami di De Giri aktif menjalin kerjasama dengan UMKM, melakukan pelatihan dan sosialisasi pengembangan produk lokal Banyuwangi,” urai Lucky.
Lucky juga menjelaskan, saat ini Banyuwangi telah bertransformasi menjadi Kota Industri Pariwisata. Hal itu tentunya merupakan peluang besar untuk lebih mengenalkan produk lokal Banyuwangi. Perkembangan UMKM Banyuwangi, tentunya akan meningkatkan ekonomi masyarakat Banyuwangi.
“Hari ini Banyuwangi telah bertransformasi menjadi Kota Industri Pariwisata. Untuk itu, produk UMKM Banyuwangi harus mampu memanfaatkan peluang itu dengan baik, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” tegas Lucky.
Lucky mungkin satu dari sekian banyak perempuan yang memiliki kepedulian untuk bergerak dan terus menghasilkan sesuatu untuk dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Lucky sadar, saat ini telah banyak perempuan hebat yang memiliki banyak prestasi.
“Perempuan cerdas tidak hanya harus berpendidikan, namun juga mampu menggunakan logika dan rasionalitas dalam menyikapi sebuah isu. Berbuat sesuatu yang memberi dampak perubahan yang lebih baik lagi,” pungkas Lucky. (Ryo/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS