MALANG – Calon Gubernur (Cagub) Jatim nomor urut 3, Tri Rismaharini, bertemu dengan KH. Thoriq Bin Ziyad (Gus Thoriq) dan Ibu Nyai Sumriyah, Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam, yang berlokasi di Jalan KH Hasyim Asy’ari, Bandarejo, Pagelaran, Kabupaten Malang, Kamis (3/1/2024).
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat dan akrab tersebut, selain bersilaturahmi, mereka membahas program kewirausahaan ketahanan pangan, sebuah inovasi berbasis pesantren di sektor pertanian.
Program ini diharapkan dapat memperkuat upaya pengembangan kewirausahaan santri sekaligus pangan mandiri di lingkungan pesantren.
“Saya kira ide beliau (Gus Thoriq) sangat brilian, itu juga menjadi mimpi saya. Beliau memikirkan kesejahteraan santri melalui program ketahanan pangan,” ungkap Risma, dalam keterangan yang diterima media ini, Jumat (4/10/2024).
Menurutnya, jumlah penduduk Jawa Timur cukup besar, sekitar 41 juta lebih. “Tidak semua harus menjadi profesor atau doktor. Jika ada para santri yang tertarik di bidang pertanian, itu luar biasa,” sebutnya.
Risma mengapresiasi Pesantren Babussalam yang telah berkomitmen untuk turut serta dalam menjaga ketahanan pangan nasional melalui pemanfaatan lahan-lahan pesantren untuk pertanian dan peternakan.
Program ini dianggap sebagai langkah strategis untuk memastikan pesantren mandiri secara pangan, sekaligus memberi kontribusi nyata bagi lingkungan sekitar.
“Saya melihat potensi besar dari pesantren dalam program ketahanan pangan. Pesantren memiliki lahan yang bisa dioptimalkan, dan semangat untuk berkontribusi bagi bangsa sangat kuat,” ujarnya.
Mentan Mensos RI tersebut menambahkan bahwa kerja sama dengan pesantren seperti Babussalam akan membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi pangan lokal.
Sementara itu, Gus Thoriq menyampaikan apresiasi tinggi kepada Risma. Menurutnya, Risma berasal dari salah satu partai politik (PDI Perjuangan) yang menginisiasi lahirnya Hari Santri.
“Secara pribadi, saya sangat mendukung Bu Risma menjadi gubernur Jawa Timur,” kata Gus Thoriq.
Dia juga menegaskan kesiapan pesantren untuk mengimplementasikan program ketahanan pangan.
Pesantren Babussalam telah lama bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat, termasuk pertanian organik, yang menjadi bagian dari kurikulum pendidikan keterampilan santri.
“Kami siap menjadi mitra dalam mewujudkan ketahanan pangan ini. Santri kami juga sudah mulai dilatih untuk terlibat aktif dalam pengelolaan pertanian di pesantren,” ujar Gus Thoriq.
Program ketahanan pangan santri ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi pesantren-pesantren lain di Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai kemandirian pangan. Langkah ini juga menjadi bagian dari gerakan pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren.
Di samping itu, Risma juga menambahkan program pendidikannya yang memberikan: Bopda, dan insentif guru, serta tambahan Dana Pemeliharaan dan Pembangunan Fasilitas Pendidikan untuk SMA/SMK Negeri, SMA/SMK Swasta, Madrasah Aliyah, dan pondok pesantren sederajat.
“Saya ingin menjadi ibunya semua anak-anak dan santri-santri. Baik dari sekolah negeri, sekolah swasta, madrasah, sampai pondok pesantren sederajat. Tidak boleh ada perbedaan dan tidak boleh ada yang tertinggal,” ucap Risma. (nia/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS