Jumat
11 April 2025 | 7 : 29

Jokowi Berharap Pers Bangun Optimisme Publik

pdip-jatim-jokowi-hpn-2016

pdip-jatim-jokowi-hpn-2016LOMBOK – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan, kita beruntung hidup di era kemerdekaan pers, era kebebasan pers, dimana setiap hari kita dibanjiri informasi, disuguhi opini, disuguhi data dan informasi yang beragam.

“Semua bisa melihat sendiri, betapa mudahnya berita dan informasi. Kadang status di media sosial pun juga bisa jadi berita. Informasi yang ada di tengah kita memang ada yang pahit, seperti jamu, ada yang bisa menjadi vitamin yang menyehatkan. Tapi bisa juga hanya sekadar informasi yang terkadang mengganggu kesehatan akal sehat kita,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara puncak Peringatan Hari Pers Nasional di Pantai Kuta, Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (9/2/2016) pagi.

Presiden berharap agar seluruh insan pers media bisa ikut menggerakkan, membangun optimisme publik, membangun etos kerja masyarakat, ikut membangun produktivitas masyarakat. “Bukan sebaliknya. Kadang-kadang kita sering, media kita justru mempengaruhi kita menjadi pesimis. Pesimisme dan juga banyak yang terjebak pada berita-berita yang sensasional,” ujarnya.

Presiden Jokowi lantas menunjuk contoh, misalnya ada berita Indonesia diprediksi akan hancur, ada berita lagi semua pesimis target pertumbuhan ekonomi tercapai. Selain itu, ada lagi judulnya pemerintah gagal, aksi teror takkan abis, sampai kiamat pun.

Tidak itu saja, lanjut Presiden, masih ada berita “Kabut asap tak teratasi, Riau terancam merdeka”. Bahkan ada berita yang lebih seram lagi, “Indonesia akan bangkrut. Hancur. Rupiah akan tembus 15.000, Jokowi-JK akan ambruk, akan ambyar,” ungkap Presiden.

Menurut Presiden, kalau judul-judul seperti itu diteruskan dalam era kompetisi seperti ini yang muncul pesimisme. Yang muncul adalah sebuah etos kerja yang tidak terbangun dengan baik. Yang muncul adalah hal-hal yang tidak produktif, bukan produktivitas. Padahal, tegas Presiden, itu adalah hanya sebuah asumsi.

Presiden Jokowi juga mengritik stasiun-stasiun televisi yang jarang menayangkan lagu-lagu kebangsaan, apakah Indonesia Raya, Padamu Negeri, Garuda Pancasila, dan sebagainya. Mereka hanya menayangkan sesudah jam 12, bukan di prime time.

“Saya hanya membayangkan. Setiap jam ada lagu-lagu nasional, lagu-lagu kebangsaan kita, lagu Indonesia Raya terus dimunculkan. Satu jam lagi Padamu Negeri, sejam lagi Garuda Pancasila. Alangkah sangat bagusnya. Sehingga anak-anak kita akan semuanya dari Sabang sampai Merauke akan hapal lagu-lagu nasional kita,” tutur Presiden.

Diakui Presiden, jika Stasiun TV bertumpu pada rating, semuanya mengejar rating. “Tapi mestinya sebagian kecil dari waktu itu bisa diberikan kepada hal-hal yang tadi saya sampaikan,” pesannya.

Presiden Jokowi mengingatkan, pada era kompetisi, era persaingan antar negara sekarang ini, yang dibutuhkan adalah membangun trust, membangun kepercayaan. Ia menegaskan, orang negara lain harus modal, harus investasi, harus uang masuk.

“Itu akan muncul, akan mengalir kalau ada trust enggak ada yang lain. Kalau enggka ada kepercayaan jangan berharap ada arus uang masuk, jangan berharap ada investasi masuk. Jangan berharap ada arus modal masuk,” tutur Presiden Jokowi seraya menyebutkan, bahwa kepercayaan itu yang bisa membangun adalah media pers, karena persepsi muncul, image itu muncul karena berita-berita yang kita bangun.

Presiden juga menyoroti keinginan kecepatan memberitakan, terutama di online media. Presiden mengaku dirinya selalu membaca, terutama pas di mobil, pas di pesawat. Presiden mengkritisi pemberitaan yang menurutnya kepatuhan kepada kode etik jurnalisme, kepada etika pemberitaan, sering dan banyak sekali diabaikan, karena inginnya cepat, sehingga beritanya menjadi tidak akurat, beritanya menjadi tak berimbang. “Beritanya dicampuradukkan antara fakta dan opini. Dan kadang-kadang menghakimi seseorang, ini menurut saya berbahaya sekali,” kata Presiden Jokowi.

Ditekan Lingkungan Sendiri

Menurut Presiden Jokowi, kalau dulu kita lihat, tekanan kepada pers itu dari pemerintah. Tapi sekarang terbalik, pers yang justru menekan-nekan pemerintah. “Dulu pasti ditekan. Pemerintah langsung yang keluar yang baik-baik. Sekarang justru pers, justru media yang menekan pemerintah. Tetapi yang menekan pers siapa? Yang menekan media siapa? Menurut saya ya industri pers sendiri karena persaingan,” papar Kepala Negara.

Ditekan dari lingkungan sendiri itulah, menurut Presiden Jokowi, hal-hal yang harus dihindarkan bersama agar dalam rangka membangun trust bisa kita lakukan.

Presiden berharap pers tetap dipercaya oleh publik sebagai pilar tempat demokrasi kita dengan menghadirkan informasi yang jujur, yang akurat, yang objektif, dan selalu memberikan tempat kepada suara, pikiran kepada gagasan dari masyarakat.

Tampak hadir dalam acara tersebut Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menko Bidang PMK Puan Maharani, Menko Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, Mendagri Tjahjo Kumolo, Seskab Pramono Anung, Menkominfo Rudiantara, dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki. (setkab)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jember Dukung Program UHC dengan Syarat

JEMBER – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jember mendukung layanan kesehatan gratis, melalui program UHC (Universal ...
LEGISLATIF

Fraksi PDI Perjuangan Dorong Bupati Malang Lebih Perhatikan Sektor Pertanian

MALANG – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang memberi catatan khusus kepada bupati untuk memberi perhatian ...
LEGISLATIF

Novita Hardini Sebut Penghapusan Kuota Impor Jadi Ancaman Nyata bagi UMKM

JAKARTA – Anggota Komisi VII DPR RI Novita Hardini mengatakan, gagasan penghapusan kuota impor oleh pemerintah akan ...
LEGISLATIF

Ketua DPRD Sumenep Dorong Organisasi Tani Berinovasi Demi Produktivitas Pertanian

SUMENEP – Ketua DPRD Sumenep, H. Zainal Arifin, menggelar reses masa sidang II tahun 2025 bersama para petani dan ...
LEGISLATIF

Harga Gabah Anjlok, DPRD Jember Minta Bulog Tetap Optimalkan Serapan Gabah Petani

JEMBER – Harga gabah di wilayah Kabupaten Jember anjlok di kisaran Rp 4.500,-per kilogram dari harga pokok ...
KRONIK

Petani di Bojonegoro Keluhkan Harga Gabah Kering Rp 5.300, Amin Tohari Pertanyakan Kinerja Bulog

BOJONEGORO – Kinerja Bulog Bojonegoro dipertanyakan menyusul harga pembelian gabah kering yang tidak sesuai standar ...