LAGU “Lir Ilir”, “Widuri”, “Sajadah Panjang”, sampai “Indonesia Pusaka” dinyanyikan di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (9/3/2017). Bukan itu saja, lagu-lagu itu juga menyelingi pidato Presiden Joko Widodo yang berlangsung sekitar satu jam. Padahal, biasanya Presiden hanya berpidato singkat dan langsung ke inti persoalan.
Kok bisa? Saat itu, sekitar 200 penyanyi, pencipta lagu, tokoh industri musik, dan pemerhati musik hadir di Istana Negara merayakan Hari Musik Nasional. Tanggal itu menjadi khusus karena bertepatan dengan hari lahir WR Supratman, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Tidak hanya itu, Presiden Jokowi pun sekaligus membuka Musyawarah Nasional Ke-7 Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI).
Presiden Jokowi memulai sambutannya dengan santai. Banyak artis sudah dikenal sejak Jokowi kecil dan muda, sebut saja Titiek Puspa; Enteng Tanamal; kakak beradik Sam, Jaka, dan Acil Bimbo; Bens Leo; Harvey Malaiholo; serta Dwiki Darmawan. Kendati mengaku tak bisa menyanyi, Presiden bercerita, dia selalu mendengarkan musik 50 menit pada pagi hari dan 50 menit sore hari. “(Dalam perjalanan) dari Bogor ke Jakarta dan dari Jakarta ke Bogor,” ujar Jokowi, yang disambut tawa para artis.
Sebab, kata Presiden, lagunya “keras” semua, lagu cadas. Tahun 2013 pun, Jokowi sempat menonton konser Java Rockin Land di Pantai Karnaval, Ancol, dan konser Slank di Gelora Bung Karno, Jakarta.
Menikmati musik, menurut Jokowi, sesungguhnya menikmati seni bercerita. Cerita apa pun, baik tentang lingkungan hidup, kesedihan, harapan, kesulitan, maupun saat-saat bahagia, ada dalam musik. Musik juga bisa membuat manusia semakin optimistis. Tidak hanya itu, musik pun bisa menghapus sekat sosial.
Untuk berinteraksi dengan rakyat, Jokowi mendengarkan dan menikmati dangdut. Dalam berinteraksi dengan para musisi, Jokowi juga meminta mereka menyanyi, bukan hanya memberikan kuis berhadiah sepeda, seperti yang biasa dilakukannya saat bertemu rakyat.
Penyanyi Andre Hehanusa dan Ita Purnamasari kebagian pertanyaan tentang suku-suku bangsa dan lagu-lagu daerah di Indonesia. Setelah menjawab, mereka diminta menyanyi.
Andre menyanyikan lagu “Widuri” yang membuat Presiden juga ikut menyanyi di bagian refrain. Sementara Ita menyanyikan “Lir Ilir” untuk Presiden yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Sebagai hadiah, keduanya mendapat kartu nama bertanda tangan Presiden sebagai bukti untuk mengambil sepeda.
Jam utama
Untuk Bimbo yang sudah 50 tahun berkarya, Jokowi meminta Sam, Acil, dan Jaka menyanyi. Sementara musisi legendaris Titiek Puspa menunjukkan penampilan anak didiknya membawakan lagu bertema bela negara. Presiden menyaksikan mereka beraksi di atas panggung.
Presiden juga menyetujui usulan Ketua Umum PAPPRI Tantowi Yahya supaya musik Indonesia mendominasi di negeri sendiri. Setidaknya di Hari Musik Nasional, satu hari penuh, musik yang diputar dan digunakan di berbagai lembaga penyiaran, rumah makan, dan pusat perbelanjaan adalah musik Indonesia.
Lebih baik lagi, lanjut Presiden, jika musik Indonesia diputar pada jam-jam utama siaran televisi. Saat ini, lagu nasional baru diputar lepas tengah malam saat warga mulai terlelap.
Presiden Jokowi mencontohkan, K-Pop dari Korea Selatan yang menjadi alat diplomasi dan mendunia. Manajemen promosi, manajemen panggung, dan manajemen penonton K-Pop, disebut Jokowi, sangat rapi. Namun, itu hasil persiapan 13 tahun. Presiden meyakini, materi dan sumber daya manusia sudah ada di Indonesia. Tinggal musisi Indonesia menjawab tantangan ini. (Nina Susilo/kompas)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS