Kusnadi: Petani Sragi Luar Biasa!

Loading

BANYUWANGI – Semangat kalangan muda Desa Sragi, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi untuk bertani, mendapat perhatian khusus Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Kusnadi.

Apalagi, model bertani warga setempat dikembalikan ke budaya zaman dulu yang mengedepankan kearifan lokal, dan menjadikan Desa Sragi sebagai daerah pertanian ramah lingkungan.

Saat bersilaturahmi dengan warga Sragi di ruang pertemuan Komunitas Sobujo (Soko Bumi Jowo), Minggu (3/9/2017) malam, Kusnadi menyampaikan apresiasinya.

“Begitu melihat generasi muda di sini mau bertani, saya katakan ini sesuatu yang luar biasa. Sebab, meski profesi petani itu mulia, tapi memang tidak menjanjikan secara ekonomi,” kata Kusnadi.

Pria yang juga Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur ini mengunjungi markas Sobujo Community yang dikoordinir Agus Priyono, di sela kunjungannya ke Banyuwangi.

Siang hari sebelumnya, dia membuka Pendidikan Kader Pratama yang digelar DPC PDI Perjuangan Kabupaten Banyuwangi, di Balai Diklat PNS, Kecamatan Licin.

Agar bisa menghasilkan nilai lebih ketimbang bertani secara tradisional, kata Kusnadi, petani harus berinovasi. Misalnya, seperti yang sudah dilaksanakan petani anggota Sobujo, yakni menanam dan menghasilkan bibit padi hitam.

Apalagi, untuk menanam varietas padi jenis ini, petani setempat menggunakan pupuk organik yang juga dibuat sendiri.

Tekad petani Sragi menggunakan pupuk organik, sebutnya, sebagai perjuangan yang luar biasa. Sebab, ujar dia, para petani tentu sudah menyadari, jika menggunakan pupuk organik, hasil pertaniannya tidak bisa melimpah sebagaimana memakai pupuk kimia.

Tapi, tambah Kusnadi, beras hitam hasil pertanian petani Sragi, menjadi makanan pokok yang sangat menyehatkan dibanding beras putih yang ditanam petani Indonesia pada umumnya.

Selain itu, penggunaan pupuk organik merupakan upaya menjaga kondisi tanah tetap ‘sehat’, sehingga bisa ditanami selamanya.

“Beda dengan lahan yang selalu diberi pupuk kimia, makin lama tanahnya akan mati, sehingga menjadi bero. Kalau sudah begini, pemiliknya akan menjual tanah sawahnya kepada pengembang, sehingga makin lama lahan persawahan habis,” ujarnya.

Di depan puluhan petani yang sebagian besar masih muda, Kusnadi mengajak mereka ‘istiqomah’ untuk bertani secara organik. Sebab, hasil dari pertanian ini juga bisa jadi sumber pemasukan yang cukup lumayan.

Apalagi, jika beras hitam yang dihasilkan disertifikasi dan diurus hak ciptanya. “Kalau sudah bersertifikat dan punya hak cipta, nilainya akan meningkat. Apalagi, beras jenis ini pembelinya kebanyakan orang kaya yang ingin badannya tetap sehat,” kata Kusnadi.

Silaturahmi antara petani organik Sragi dengan Kusnadi yang berlangsung hingga larut malam juga diisi dialog, seperti soal hambatan dan peluang yang bisa dikembangkan seputar pertanian organik. (goek)