GENERASI Aktivis 1998 (GEN 98) mengajak seluruh komponen anak bangsa untuk memenangkan PDI Perjuangan dalam Pemilu Legislatif 9 April depan. Sebab, PDI Perjuangan dinilai mampu dan sanggup mewujudkan cita-cita proklamasi, amanah konstitusi dan nilai-nilai yang telah menjadi konsensus nasional untuk menyejahterakan kehidupan rakyat.
“Kami mendukung dan menyerukan kepada seluruh komponen anak bangsa untuk memberikan dukungan kepada PDI perjuangan pada pemilu legislatif tanggal 9 April 2014 dan pilpres pada tanggal 9 Juli 2014,” ujar Aprileny, aktivis GEN 98, kemarin.
Alumnus Trisakti tersebut pun menilai Indonesia perlu sebuah pemerintahan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat dan kepentingan nasional, sebagaimana telah digariskan dalam amanah konstitusi, agar tidak lagi terjebak dalam skema pemiskinan Indonesia dalam rencana global.
Menurut Aprileny, Pemilu 2014 ini menjadi penting untuk dapat menyuarakan dan mengingatkan kembali cita-cita proklamator dan amanah konstitusi. “Sehingga tujuan bernegara yang telah kita sepakati dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi kenyataan, yaitu negara yang sanggup menyejahterakan rakyat Indonesia,” tegas dia, seperti rilisnya kepada wartawan.
GEN 98, jelasnya, memiliki tanggungjawab moral atas politik ekonomi yang mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang mempunyai nilai kebangsaan, kerakyaatan dan kemandirian sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Presiden RI pertama, Ir Soekarno.
GEN 98, tambag Aprileny, juga menaruh kepercayaan kepada Megawati Soekarnoputri untuk dapat mewujudkan Indonesia hebat dengan melahirkan pemerintahan yang menghadirkan nilai-nilai kebangsaan, kerakyatan dan kemandirian.
Sementara Taufan Hunneman, yang juga aktivis GEN 98 mengatakan, suhu politik menjelang Pemilu 2014 ini semakin meradang. Banyak politisi yang hanya memanfaatkan momentum demokrasi di Indonesia ini sebagai pilar kepentingan belaka. Akibatnya, masyarakat umumlah yang menjadi tumbal dari berbagai atribut janji-janji palsu.
Menurut Taufan, GEN 98 memiliki kegelisahan terhadap nasib bangsa kedepannya. Pasalnya, pascareformasi hingga kini, kesejahteraan masyarakat masih saja terbengkalai.
“Hal ini disebabkan karena pemerintahan yang terbentuk dari hasil pemilihan umum tidak berorientasi pada nilai-nilai keluhuran bangsa sendiri. Melainkan berorientasi kepada mazhab ekonomi neoliberalisme yang menyerahkan seluruh kehidupan bernegara kepada orientasi pasar,” kata Taufan Hunneman.
Alumnus Universitas Jayabaya itu menambahkan, sistem ekonomi yang lebih mengutamakan kepentingan asing serta ekonomi yang menekankan pada investasi dari luar sama sekali tidak memberdayakan rakyat Indonesia secara umum. Terlebih, kata Taufan, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) justru menyebabkan kesejahteraan semakin jauh dari kenyataan.
“Kebijakan impor menyebabkan petani terus menerus berada pada lingkaran garis kemiskinan, investasi asing menyebabkan buruh mempunyai bargaining position yang lemah. Belum lagi kekayaan sumber daya alam kita yang kian hari diekslorasi dan diekspolitasi yang menyebabkan 10 tahun kedepan kita kehabisan sumber daya alam,” jelasnya. (pri/*)